Sejarah Nama Kerinci

LambangNama ‘Kerinci’ berasal dari bahasa Tamil “Kurinci”. Tanah Tamil dapat dibagi menjadi empat kawasan yang dinamakan menurut bunga yang khas untuk masing-masing daerah. Bunga yang khas untuk daerah pegunungan ialah bunga Kurinci (Latin Strobilanthus. Dengan demikian Kurinci juga berarti ‘kawasan pegunungan’.

Di zaman dahulu Sumatra dikenal dengan istilah Swarnadwipa atau Swarnabhumi (tanah atau pulau emas). Kala itu Kerinci, Lebong dan Minangkabau menjadi wilayah penghasil emas utama di Indonesia (walaupun kebanyakan sumber emas terdapat di luar Kabupaten Kerinci di daerah Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin). Di daerah Kerinci banyak ditemukan batu-batuan Megalitik dari zaman Perunggu (Bronze Age) dengan pengaruh Budha termasuk keramik Tiongkok. Hal ini menunjukkan wilayah ini telah banyak berhubungan dengan dunia luar.

Awalnya ‘Kerinci’ adalah nama sebuah gunung dan danau (tasik), tetapi kemudian wilayah yang berada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama. Dengan begitu daerahnya disebut sebagai Kerinci (“Kurinchai” atau “Kunchai” atau “Kinchai” dalam bahasa setempat), dan penduduknya pun disebut sebagai orang Kerinci.

Sejarah Kerinci

Menurut Tambo Alam Minangkabau, Daerah Rantau Pesisir Barat (Pasisie Barek) pada masa Kerajaan Alam Minangkabau meliputi wilayah-wilayah sepanjang pesisir barat Sumatra bahagian tengah mulai dari Sikilang Air Bangis, Tiku Pariaman, Padang, Bandar Sepuluh, Air Haji, Inderapura, Muko-muko (Bengkulu) dan Kerinci. Dengan demikian Kerinci merupakan daerah Minangkabau.

Pada waktu Indonesia merdeka, Sumatera bahagian tengah mulai dipecah menjadi 3 provinsi:

1. Sumatera Barat (meliputi daerah Minangkabau)
2. Riau (meliputi wilayah kesultanan Siak, Pelalawan,Rokan,Indragiri, Riau-Lingga ditambah Rantau Minangkabau Kampar dan Kuantan)
3. Jambi (meliputi bekas wilayah kesultanan Jambi ditambah Rantau Minangkabau Kerinci)

Dengan demikian sebenarnya Orang Kerinci hidup dengan budaya Minangkabau namun menjadi orang Jambi.

Letak Kerinci

Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi, berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat (Minangkabau) di sebagian barat dan utara. Di selatan mereka berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Daerah Kerinci ditetapkan sebagai sebuah Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi, dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Daerah Kerinci memiliki luas 4.200 km2 terdiri atas 11 kecamatan (yang merupakan rangkaian kampung atau pemukimam). Statistik tahun 1996 menunjukkan populasi suku Kerinci sekitar 300.000 jiwa.petab
Jauh sebelum Indonesia merdeka, Kerinci merupakan kawasan yang telah memiliki kekuasaan politik tersendiri.Sebelum Belanda masuk Kerinci mencatat tiga fase sejarahnya yaitu: Periode Kerajaan Manjuto atau Kerajaan Pamuncak Nan Tigo Kaum, Periode Depati, dan Periode Depati IV Alam Kerinci. Kerajaan Manjuto, sebuah kerajaan yang berada di antara Kerajaaan Minangkabau dan Kerajaan Jambi, beribukotakan di Pulau Sangkar. Berikutnya, pada dua periode Depati, Pulau Sangkar memainkan peran sentral sebagai salah satu dari empat pusat kekuasaan di Kerinci (Rasyid Yakin, hal. 4 -14).

Tetapi semenjak Belanda mulai menduduki Kerinci pada 1914, peran sentral Pulau Sangkar secara politik pemerintahan mulai mengalami penyusutan. Ketika Belanda menetapkan Kerinci sebagai sebuah afdelling dalam kekuasaaan Karesidenan Jambi (1904) maupun di bawah Karesidenan Sumatera Barat (1921), dan ketika Kerinci menjadi sebuah kabupaten sendiri dalam wilayah Propinsi Jambi (pada 1958), Pulau Sangkar hanyalah sebuah ibukota kemendapoan (sebuah unit pemerintahan setingkat di bawah kecamatan dan setingkat di atas desa).

Bahasa Kerinci

Bahasa Kerinci termasuk salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang dituturkan dengan dialek Kerinci. Bagi masyarakat bagian pesisir barat Minangkabau, Bahasa Kerinci tidak begitu asing, namun menjadi agak aneh bagi orang daerah lain di Jambi yang condong ke Melayu Palembang dan Melayu Riau.

Salah satu yang khas dari dialek Kerinci di antaranya adalah melafalkan ‘i’ menjadi ‘ai’ misal:

‘Orang Kerinci pergi ke Jambi’ diucapkan ‘Uhang Kinchai lalau ka Jamboi’,

atau melafalkan ‘a’ menjadi ‘ea’ atau ‘oi’ misal :

“bila” menjadi “bilea”,

“atas” menjadi “atoih”,

“Tadi” menjadi “tadoih”.

Ada lebih dari 30 dialek bahasa yang berbeda di tiap-tiap desa di daerah Kerinci. Seperti pengucapan ‘Anda’, di Desa Lempur (Kec. Gunung Raya) diucapakan dengan ‘Kaya’ sedangkan di Kec. Sungai Penuh diucapakan dengan ‘Kayo’. Perbedaan dialek ini juga ditandai dengan dengan perbedaan budaya yang ada di masing-masing desa di Kerinci.

Saat ini Kerinci telah dibagi menjadi dua.

1. Kota Sungai Penuh

2. Kabupaten Kerinci

2 tanggapan untuk “Sejarah Nama Kerinci

  1. penembahan dikerinci hanya ada satu yaitu penembahan nenek koto bingin,tidak ada istilah raja IV.depati,kekuasaan dibawah panglima,bukan itu raja,raja kerinci,turun rari persie sekarang bernama turki,yaitu syeh tungku halifah,alia, nnek tongkat,alias nnek koto bingin ( rajadiraja )itulah raja kerinci,panglima nya nnek tiong bongkok,adik dari raja sendiri,hulu balang kelambu raja, datuk kuning lempur,menteri dlm urusan nagari,hiang,pusaka tanduk pemberi penghargaan raja,tanduk itu pemberian raja spanyol,raja diraja,kala itu pernah menjadi guru spritual keajaan spnyol,juga guru besar kerajaan samudra pasai,ini kami dapat dari sumber langsung raja kerinci,melalui spritual,kamitau sejarah kerinci,banyak yg membuat sesuai kepentingan penulisnya,kami keturunan kerinci yg ada dipontianak kalbar slalu ikuti sejarah kerinci,depati parbo,bersama hulu balang nya adalah datuk kami,yg dibuang belanda kepontianak,kemudian dpt.parbo dibuang lagi keternate,datuk kami tinggal pontianak.kami darah kuat kerinci anak cucunya rajadiraja /nnek koto bingin.salam mizardin pontianak,jln.sejarah.no.3 pntianak kalbr hp.08152204328.facebook, minzardin68@yahoo.co.id.

  2. sbntar, , sya mau tanya ?
    Bkankh kerinci itu b’rsal dr nma manusia ??

Tinggalkan komentar

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close